Senin, 12 November 2007

Bermain bersama Ike

Ditulis oleh : Ratih


Saya tidak pernah menyangka bahwa kesempatanku bertemu dengan IkeNurjanah (artis dangdut) akan menjadi sesuatu yang tak kan pernah terlupakan.
Tidak seperti biasanya saya paling malas jika mendapat tugas wawancara khusus dengan seseorang -artis cantik sekalipun. Tapi saat itu, kenapa begitu ada tugas dari Bos mewawancarai Ike untuk rubrik profil mingguan, aku langsung cabut.
Janji wawancara dengan Ike telah disepakati di rumah seorang produser di sebuah apartemen di bilangan Jakarta Selatan. Ketika aku sampai ditempat yang dimaksud, Ike telah menungguku. Saat pertama bertemu -ini pertemuan pertamaku dengan dia- Ike terkesan cuek dan dingin. Namun karena dia sudah menyanggupi, dia mempersilahkan aku untuk masuk. Ruangan tamu yang tidak terlalu luas sedikit membuat aku tegang. Namun ketegangan itu mereda ketika Ike membawa dua gelas minuman dingin sambil mempersilahkan aku untuk menikmati minuman yang telah dihidangkan.
''Terima kasih,'' kataku.
''Kamu mau tanya apa, waktuku terbatas, jangan lebih satu jam,'' tutur mojang priangan yang sangat cantik ini.
Gaya ketus Ike Nurjanah sempat membuat aku gugup. Apalagi dengan penampilannya sore itu yang aduhai -mengenakan kaos ketat ''you can see'' yang sangat tipis, dengan bawahan span yang sangat pendek, membuat aku semakin gugup.
''Saya hanya ingin mendengar cerita pengalaman yang mengesankan dari Anda selama menjadi artis dangdut hingga setenar sekarang...'' aku mengawali pertanyaan.
Wawancara semakin menarik dan hangat dan agaknya Ike lupa bahwa dia membatasiku hanya satu jam. Sebab ketika saya datang sudah pukul 16.30,tetapi saat ini jam telah menunjukkan pukul 18.00. Sampai pada suatu ketika usai melontarkan satu pertanyaan pribadi tentang orang yang menjadi dambaan hati, Ike manatapku tajam.
''Orangnya mirip kamu,'' kata Ike seraya tersenyum.
Aku menelan ludah, mana mungkin artis secantik dia cowoknya seperti aku. Dengan sedikit ge-er, aku menanyakan lagi apakah dia juga wartawan?
''Ah, bukan. Dia pengangguran,'' Ike tertawa.
Tetapi kemudian dia terdiam dan menatapku lebih tajam. Aku meletakkkan catatan, pena dan block note ke meja. Aku tatap pula Ike sambil menebak-nebak apa maunya artis cantik ini. Ike terus menatapku sambil sesekali dia menyibakkan rambutnya yang terurai sebahu hingga bulu-bulu ketiaknya yang tampak lebat dan subur kelihatan dengan jelas.
Tiba-tiba Ike mendekatiku dan menyilangkan kedua tangannya di atas bahuku. Semakin dag-dig-dug saja jantung ini. Bau tubuh Ike yang sangat wangi menyengat di telinga dan pikiranku.
''Kamu mirip dia,'' katanya.
Aku pegang tangan Ike yang melingkar dibahuku, aku cium lengannya dengan halus. Ike memejamkan mata, yang aku yakin tanda iya. Ike makin mendekat ke tubuhku sampai akhirnya kedua tetek Ike yang memang tampak sangat montok waktu itu menyentuh dadaku. Tanpa pikir panjang aku coba cium bibir Ike yang sedikit terbuka dan Ike dengan antusias pula membalas ciumanku. Sambil terus gencar mencium bibir Ike aku peluk dia. Aku gesek-gesekkan dadaku hingga kekenyalan tetek Ike dapat aku rasakan. Ike tampak kian bernafsu, sesekali bibirnya melepaskan diri dari bibirku namun mencium seluruh wajahku hingga basah. Sesekali sambil tertawa Ike menggigit hidungku.
Aku kian bernafsu mendapatkan serangan gencar dari artis cantik ini. Tanganku yang semula melingkar di pundak Ike, kini aku arahkan untuk mulai bergerilya di teteknya. Aku elus pelan-pelan tetek ike. Tanganku mencoba ke bawah untuk masuk ke BH-nya. Tapi tiba-tiba Ike menarik tanganku dan mendorong tubuhku. Aku terhempas di atas kursi.
''Wah kenapa Ike ini, pasti dia marah melihat ulahku,'' batinku.
Tidak jelas apa maksud Ike mendorong tubuhku. Yang saya lihat dia hanya menggeleng-gelengkan kepala.
'Tanda menolakkah,'' batinku.
Ike kembali menatapku tajam. Kali ini agak lama. Namun tanpa saya duga, tiba-tiba Ike sambil tersenyum melepas kaosnya yang sangat tipis dan seksi itu. Wow, mimpikah aku? Aku melihat dengan mata kepala sendiri artis cantik Ike Nurjanah tubuhnya hanya terbalut BH yang sangat tipis dan ketat. Ike tersenyum. Kemudian dia menyibakkan rambutnya ke belakang dan menguncitnya. Sekali lagi aku terkesima, melihat tetek Ike yang tampak montok karena ditekan BH yang ketat dan bulu ketiak Ike yang sangat lebat. Aku tak kuasa menaham birahi ini.
Aku dekati dia, aku mencoba mencium ketiak Ike, hmmm, luar biasa artis cantik ini. Ketiaknya pun sewangi ini,
''Apalagi...,'' batinku.
Tapi Ike mendorongku sambil menggelengkan kepala. Aku hanya bisa diam dan merebah di kursi sambil menunggu apa yang akan dilakukan Ike sebentar lagi. sambil tersenyum Ike kemudian meremas-remas sendiri teteknya, ditekan-tekannya, sambil sesekali bibirnya mengggigit teteknya.
''Ahhhh...'' teriak Ike.''Kamu bisa mengerti ini semua kan?'' tanyanya.
Aku hanya mengangguk. Ketika aku mendekat, kembali Ike melarangku. Ike berdiri dan mengambil orange jus yang ada di kursi. Setelah diminum sedikit, sisanya ditumpahkan ke seluruh tubuhnya. Ike terus tersenyum kepadaku. Sementara penisku semakin tegang melihat kejadian ini.
''Boleh aku mendekatimu Ik?'' tanyaku.
''Hmmm, sini...,'' katanya. Kontan aku melocat dan akan memeluk dia, tiba-tiba Ike berkata ''Duduk saja..''. Aku pun menuruti perintahnya.
Setelah menatapku Ike tiba-tiba melepas span pendeknya dan melemparkan penutup vagina setelah celana dalam itu ke atas kursi. Kini Ike mendekatiku dan kemudian dia memelukku sambil mencium seluruh tubuhku. Aku belum sempat terkesima melihat pemandangan yang sangat indah itu, Ike udah sangat buas menciumi aku. Aku balas ciumannya dengan melumat habis tetek Ike yang kenyal itu.
''Aku lepas BH ya Ik,'' kataku.
''Jangan...'' timpal Ike.
Ike tampak bernafsu menciumi tubuhku. Sesekali dia membasahi wajah dan tubuhku dengan ludahnya terus dia menjilati lagi. Aku kian tak tahan mendapat serangan seperti ini dan tanganku mulai meremas-remas pantat Ike yang tidak kalah kenyal dengan teteknya. Aku elus-elus pantas Ike sambil pelan-pelan aku masukkan tanganku ke celana dalamnya. Ketika sudah menyentuh pantat Ike, dia diam saja. Aku alihkan remasan ku depan, tepatnya ke vagina Ike. Woh, jembut Ike lebat sekali, andaikan aku bisa melihat dan menilatinya... batinku.
Tapi tiba-tiba Ike mencubit tanganku. Dia pasti tidak setuju dengan ulahku ini. Ike kembali mendorongku, tapi begitu aku jatuh terbaring di tempat kursi, dia menindihku. Dibukanya kaki lebar-lebar sambil berusaha melepas celana panjangku. Aku membantu Ike dengan melucuti sendiri pakaianku. Hingga akhirnya aku tinggal memakai celana dalam dan Ike pun tinggal memakai celana dalam dan BH. Jembut Ike yang lebat tampak sangat indah dengan celana dalamnya yang terpakai tidak dalam posisi yang benar itu, karena abis aku obrak-abrik dengan tanganku. Ike membuka kakiku lebar-lebar sambil kemudian dia melepas celana dalamku.
''Apa maunya..'' batinku.
Begitu penisku yang tegang menyembul keluar, dengan penuh nafas Ike mengulumnya dengan buas. Sementara tanganku hanya bisa memainkan payudara Ike.
''Aduuuh, Ike. Jangan keras-keras,'' protesku
Ike tidak mendengarkan. Bahkan dia terus melumat kontolku dengan buasnya. Akhirnya Ike pun melepaskan BH dan celana dalamnya. Aku terkesima melihat pemandangan ini. Ike tanpa selebar benang pun melekat di tubuhnya. Memeknya yang penuh jembut dan ketiaknya yang ditumbuhi rambut sangat lebat begitu memicu birahiku. Ike menjauh dari aku dan dia duduk di bahwa kursi. Sambil membuka kedua selangkangannnya Ike memanggilku dan dia menuding kontolku supaya dimasukkan ke memeknya.
Aku pun mengiyakan semua permintaan Ike dan terjadilah perbuatan maksiat itu. Aku terus menekan memek Ike, menari, menekan, menarik, menekan,sampai akhirnya Ike dan aku menjerit keras. Cairan segar muncrat dan sebagian mengenai wajahku dan Ike, dan kami pun saling berpelukan.
''Maafkan aku,'' kataku.
''it's oke. kapan-kapan aku ingin yang lebih dari ini,'' tutur Ike.
Pukul 21.00 aku pulang dengan wajah gontai namun penuh senyum. Rejeki atau setan apa yang mampir ke tubuhku hingga Ike Nurjanah memmintaku berbuat seperi itu, entahlah. Yang jelas kini setelah kejadian itu Ike kian sulit aku hubungi. Bahkan ketika bertemu di satu acara melihatku Ike seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Ike kembali memperlakukan aku seperti halnya wartawan lainnya.

Tidak ada komentar: