Jumat, 02 November 2007

Mbak Lily yang cantik

Disadur dari : Web lain


Minggu siang itu menjelang sore hari, gerimis baru saja usai. Udara terasa sejuk. Kulangkahkan kakiku menuju mall terdekat.Sudah lama sekali aku tidak melihat “peradaban”, karena disibukan oleh pekerjaan kantor yg seperti tiada habisnya. Bahkan sabtu kemarin pun aku harus masuk kantor. Sungguh menyebalkan.Karenanya siang ini, setelah puas menikmati tidur dan baru terbangun setelah matahari lewat tengah hari, kulewatkan sore ini dengan berjalan jalan di mall. Niatku ingin mencari film dvd di toko si entong langgananku lalu ke toko buku, siapa tahu ada buku baru yang bagus.Namun yang terjadi malah aku asik memilih milih baju dan celana. Merk favoritku lagi discount! Sayang bila dilewatkan. Maka dengan antusias kucoba bandingkan beberapa baju.“ Hmm…bagus bagus semua, bingung nih,” pikirku.Bolak balik kupadankan beberapa kaos dan baju. Dan tanpa kusadari, sepasang mata tak lepas mengamatiku. Bukan, bukan tatapan penuh curiga Satpam toko, namun sepasang mata keibuan yang menatapku. Hal ini baru kusadari setelah beberapa saat asik mondar mandir di bagian pakaian dan aksesoris pria mall ini. Pernah kan celingukan karena merasa ada orang yang memperhatikan kita? Perasaan inilah yang kurasakan.“ Aneh, kayaknya ada yang ngeliatin gue nih!” kutebarkan pandanganku ke sekeliling.“Ah, gak ada tuh! GR banget ya gue?” batinku dalam hati.Dengan geli hati kulanjutkan windows shoppingku. Akhirnya kuambil baju pilihanku dan segera berbalik untuk bergegas ke kasir, namun ..upssss! hampir saja aku menabrak seseorang.“Eh, aduh, ma..maaf bu” ujarku spontan.“Oh, gak apa apa kok mas…” balasnya sambil tersenyum kecil.“Wihhh..manisnya senyum si ibu ini, wangi pula hmmm…”Batinku sesaat kuteringat guru bahasa inggrisku yang cantik dan jadi favorit murid laki laki, Bu Eli, waktu di smp dulu. Kubalas senyumnya“Permisi bu…” ujarku sembari bergegas ke kasir.Sampai di kasir, sembari mengantri, iseng iseng kutebarkan kembali pandanganku“Hmm…mana ya ibu tadi?” batinku sambil celingak celinguk.Nah, itu dia!Kuperhatikan wanita itu beberapa saat, wah dia lebih cantik dari bu Eli dulu. Merasa diperhatikan, tiba tiba saja ia menengok ke arahku. Segera kualihkan pandanganku, namun sedetik kemudian mataku tak kuasa untuk melirik kembali kearahnya.Waduh, dia tersenyum lagi sambil memandangku.Gugup, dengan reflek tanganku menggaruk garuk belakang leherku, sambil mengalihkan pandanganku, pura pura cuek. Ha ha ha… gaya standarku kalau sedang sal-ting alias salah tingkah.“Terima kasih Mbak” ujarku tersenyum kepada Mbak kasir yang manis, setelah membayar dan menerima kantung belanjaanku.Kulanjutkan jalan jalan soreku ke tempat dvd langgananku. Tidak lama disana, karena film yang kucari belum ada.“Minggu depan deh u kesini lagi, eke pesenin dulu buat u orang” kata si enci endut centil.“Ok deh ci, minggu depan ya?”“Hm..kemana lagi ya?” batinku.“Ah, kan mo nyari buku?”ujarku dalam hati.Segera kuberlalu ke toko buku G*** di lantai bawah. Ketika turun eskalator, setengah gugup kubergumam “Sialan, ibu itu lagi!”.Ya, wanita itu lagi! tengah menaiki eskalator yang berlawanan arah denganku. Sambil senyum senyum sendiri kutenangkan diriku yang sal-ting abis, tentu saja tanpa berani menatap kearahnya.“Aneh, kenapa gue jadi gini?” tanyaku di hati. Begitu sampai bawah, kualihkan mataku ke atas lagi. Eh, ibu itu turun lagi. Dan rasanya dia melihat kearahku lagi. Bagai dikejar hansip, kubalikkan tubuhku dan mempercepat langkah ke toko buku. Begitu tiba di pintu masuk, tiba tiba terpikir olehku“Ngapain gue jadi panik gini? Nyolong baju enggak, ngutil barang enggak. Bego amat ya gue? lagian GR amat sih?”“Kali aja si ibu itu emang mau pulang atau mau kemana gitu? Dasar!” umpatku pada diri sendiri.Beberapa saat kemudian aku pun tenggelam dalam bacaanku. Ketika sedang asik menekuni bacaanku, tiba tiba sesuatu mengusik konsentrasiku.Wangi parfum! Ya, wangi parfum siapa ini ya?.“Hmm..seperti wangi si…” tanpa sempat berfikir jauh lagi, kudongakkan kepalaku, dan …astaga!Hampir copot jantungku! Si ibu manis itu telah berdiri disampingku!Aku gugup, panik, bingung harus bagaimana.Melihat tingkahku, dengan tenang wanita itu menyapaku ramah.“Wah, suka baca seri chicken soup juga ya, mas?” tanyanya sambil melirik buku bacaanku dan mencondongkan badannya ke arahku.”Eh…eh, iya bu, eh..mbak..tante” jawabku panik.Sial…disapa mahluk indah malah jadi bego kayak gini?Mendengar jawabanku yang lucu, ia tertawa.“Ih kamu lucu deh, jangan grogi gitu dong. Saya juga suka baca seri ini!” godanya.
Mukaku merah padam menahan malu. Mas mas di sebelahku yang melihat kejadian ini tersenyum simpul.“Dasar bloon, diajak ngobrol cewe cantik, malah hah heh hoh aja!” begitu mungkin ejeknya dalam hati.“Tenang, tenang….be cool man, don’t be panic, take it easy boy…kalem aja…everything is okey…” berbagai ungkapan untuk menenangkan diri berhamburan di kepalaku.Sesaat kemudian aku telah dapat menguasai diri“Eh..iya tante. Saya memang suka baca buku buku ini” balasku coba tersenyum ala tebar pesona.“Aduh, jangan panggil tante ah, belum tua tua banget kan. Panggil Mbak aja, atau nama aja juga gak apa apa”“Oh…iya deh…tapi panggil Mbak aja ya?gak enak kalo cuma manggil nama aja” jawabku mulai tenang.”Nah kan enak kalo gitu. Lagi baca yang mana sih?”“Oh yang ini…emang bagus kok. Aku dah baca”Dengan santainya Mbak ini merapatkan badannya dan meraih buku yang sedang kupegang.Wah wanginya….seperti kata iklan “bikin cowo nempeeelll kayak prangko”.
Bukan hanya itu, bagaikan mendapat durian runtuh sepohon, lenganku tanpa sengaja menempel bagian samping dadanya. Aih mak! Udah mencium wanginya dapat yang empuk empuk pula, mimpi apa aku semalam?“Mbak lagi nyari buku apa?” tanyaku SASA, sok asik sok akrab nih ceritanya.“Ah enggak, lagi liat liat aja” jawabnya sambil meraih satu buku, dan membolak balik isinya.
Sejenak kemudian ia pun berdiri mematung disebelahku dan mulai asik menekuni bacaannya. Sedikit kecewa karena dicuekin, aku pun coba melanjutkan bacaanku. Tapi mana bisa!
Pikiranku sudah tak bisa berkonsentrasi ke buku lagi. Apalagi dua bola mataku semakin ‘tak terkendalikan lagi’ mulai liar melirik kesebelah.“Duh! Manis beneerrr”.Meski sudah tidak ABG lagi, bentuk badannya padat berisi dan warna kulit lengan atasnya yang putih langsat, dengan sedikit bulu bulu halus.“Gila! Sluurpp!Glek!”Tanpa sadar kutelan air liurku sendiri, waduh berabe nih urusannya!Sadar diperhatikan, si Mbak menghentikan sejenak bacaannya, lalu berbisik“Kamu tau gak? Aku dah merhatiin kamu sejak kamu masuk ke toko baju tadi lho!” bisiknya pelan.
Setelah berkata itu ia tersenyum penuh arti lalu dengan santai melanjutkan bacaannya kembali.Dia santai, sedangkan aku? Kagetnya gak ketulungan.Pikiranku kembali ke beberapa saat yg lalu. Bermacam pikiran berkecamuk didiriku.“Jadi perasaanku tadi bener dong? Emang ada yang diem diem merhatiin gue?”“ Jadi senyum manis Mbak ini emang untukku dong? Jadi Mbak ini emang ngikutin gue dari tadi dong?”Bangga, senang, GR, campur heran karena jarang jarang mendapat anugrah seindah ini.“Eh, berarti Mbak ini model modelnya tante gir…” oh.. no..pikiran tabu langsung terlintas di benakku.“Kalo bener gimana dong?”“Waduh gimana nih! Apa yang harus kulakukan? Gimana mastiinnya?”“Trus kalo diajak check in gimana? Wah, kuat gak ya ngeladeninnya? Bisa muasin dia gak ya?”
“Punyaku kan gak panjang and gede kayak di film porno vivid koleksiku?”“Tapi, jangan jangan suaminya pejabat atau tentara? Bisa gawat!”“Walah walah…pusinggggg aku!”Sejenak kemudian kucoba menenangkan diri. Sudahlah, santai saja dulu. Jangan berpikiran terlalu jauh dulu.
“Just be ur self!” batinku teringat salah satu bagian di buku andalanku, chicken soup.Ya, jadi diri sendiri saja dan apa adanya. Kalau memang dia memperhatikanku sedari tadi, berarti aku punya daya tarik tersendiri buat dia, iya ‘kan? Batinku coba membangun rasa percaya diri. Mainkan bung!Kuputar otak untuk memulai obrolan kembali.“Mbak, belum tau nama Mbak nih, namaku Ery!” pancingku.”Nah gitu dong, dari tadi lho Mbak tungguin” tolehnya sambil tersenyum, lagi lagi, dengan manisnya.“Aduh, si Mbak godain terus, bikin gemes” batinku.”Lily” sambungnya sembari mengulurkan tangannya.Kujabat lembut tangannya. Hm, lengannya sexy sekali! Terutama lengan atasnya. Putih mulus, berbulu halus. Tanpa sadar, sembari tetap menggenggam tangannya, mataku tak lepas menikmati lengan mulusnya.”Ery, halo?” ujar Mbak Lily sambil mengibaskan jari jari kirinya di depan mataku.”Hah?” kutersadar malu.”Kenapa? Suka ya liat bulu halus di lengan Mbak?” ujarnya dengan kenes.
Wah, semakin jelas sudah. Dari kata katanya yang ‘memancing’ aku semakin yakin. Ayo, keluarkan jurus “rayuan pulau kelapa”mu Ery!“Kok Mbak Lily tau aja?”“Boleh kan kita liat yang indah indah? Emang keliatan banget ya aku ngeliatinnya?” jawabku sok polos.“Dasar!” balasnya sambil mencoba menggelitik pinggangku.
Dengan cepat kugenggam lengan atasnya yang menggairahkan. Sejenak kami bertatapan. Tanpa sepatah katapun, kami sama sama dapat merasakan gejolak birahi ketika mata kami saling beradu pandang. Dengan lembut mesra kuremas lengan atasnya yang kenyal itu.Mbak Lily membiarkan jari jariku meremas remas lengannya. Dan pemandangan yang menggairahkan terjadi di depan mataku, ketika kulihat Mbak Lily menggigit gigit bibirnya sendiri, ternyata ia menikmati pijatan jari jariku.Sadar bahwa kami tengah berada di tempat umum, segera kulepaskan lengannya. Gawat kalau dilihat pak satpam, bisa digiring ke posko nanti.Sabar Ery, wanita ini sudah berada dalam genggamanmu, hanya masalah tempat dan waktu yang tepat saja untuk menikmatinya.
“Mbak, kita jalan jalan ke tempat lain yuk?” ajakku.Mbak Lily langsung mengangguk setuju. Kami pun segera keluar dari situ.“Kita kemana Ery?”tanya Mbak Lily sambil menggandeng lenganku.Ya ampun, daging kenyal itu kembali menyentuh dan menggesek gesek lenganku dengan lembut. Kutatap wajahnya, dia balas menatapku tajam, seolah berkata “Ayo Ery, Mbak gak tahan lagi sayang”Oh tidak Mbakku cantik, tidak secepat itu. Akan kupermainkan gairah nafsumu tanpa harus segera menidurimu.“Gimana kalo kita ke café? Kita bisa ngobrol ngobrol sambil nikmatin HOT coffee atau HOT coklat” ajakku, sambil menekankan kata HOT pada kalimatku.
Tampak wajahnya sedikit berubah, sedikit kecewa nampaknya, karena ternyata aku tidak segera menuruti keinginan birahinya yang sudah memuncak.“Café? Hmm..boleh deh, Mbak juga lagi pengen yang HOT HOT nih?” jawabnya manja tersenyum penuh arti.
Maka kamipun naik lagi ke atas, menuju café tempatku sering berkunjung. Tidak banyak pengunjung sore itu. Kamipun memilih duduk disudut yang sepi dan agak tertutup dari luar. Cukup romantis pikirku, dan syukur syukur bila sangat sepi aku bisa melancarkan ‘serangan gerilya’.“Mbak mau pesan apa” tanyaku sambil menyodorkan menu yang tersedia.“Apa ya? Pokoknya yang STRONG dan HOT deh!” jawabnya penuh makna.“Hehe..mancing mancing lagi nih?”batinku.“Oke, yang pake rum sedikit gak apa apa kan?” tukasku.”Boleh,terserah kamu mas”.“Mas? walah, kayak aku ini suaminya aja nih!” batinku.Namun jelas aku pun akan senang sekali bila beristrikan wanita seayu dia.
Aku memesan dua cangkir Irish coffee with cream dan sepotong cheese tiramisu favoritku. Sambil menunggu pesanan, kami pun menikmati suasana sore yang hangat itu, memandangi kota dari jendela café. Di sebelah kami sepasang remaja sedang menikmati pesanan mereka, sambil bercakap cakap.“Kamu bisa aja milih tempatnya Mas Ery. Sering ngajak ceweknya pacaran disini ya? Kayak mereka itu tuh?” canda Mbak Lily menunjuk pasangan remaja itu.“Kok tahu lagi sih? Wah Mbak ini jago ngeramal ya?” jawabku kembali sok polos.“Tapi emang enak kan disini? Bisa liat pemandangan diluar, ya kan?”.Mbak Lily mengiyakan, namun pandangannya menerawang jauh ke luar jendela, nampaknya ia tengah menikmati pemandangan dari tempat duduknya.Kesempatan ini kumanfaatkan utk menikmati wajah ayunya yang makin nampak keibuan diterpa sinar matahari sore itu yang kemerahan. Nampak pipinya sedikit mengkilat karena polesan tipis makeup, bibirnya yang agak tebal merekah indah. Wajahnya nampak putih bersih merona, dengan beberapa garis lipatan di lehernya, ah…sebutir keringat nampak membasahi lehernya, menyisakan jalur basah sampai ke dada atasnya.Aku jadi teringat bintang sinetron yang sering memerankan wanita setengah baya yang sering memakai kebaya. Menurutku artis tersebut sangat sexy dan aku sering berfantasi menyetubuhinya, melumat payudaranya, walau mungkin sudah menggantung namun pasti lembut dan impianku adalah menyemprotkan cairan kentalku di atas payudaranya yang masih terbalut kebayanya yang telah berantakan karena tertarik dan tersobek, mengoleskannya ke leher dan dagunya dan akhirnya membiarkannya mengulum penisku yang masih basah oleh cairan kentalku.
“Srek!” bunyi kursi yang bergeser membuyarkan lamunanku.Kedua remaja itu telah pergi. Tinggal kami berdua.Aha! It’s about time!“Mbak Lily…” panggilku sembari mengelus elus lengan kirinya.Wanita ayu ini tersentak dari lamunannya, sembari melepaskan dagunya dari tumpuan tangan kanannya.“Ya Ery? Ih kamu ini suka banget ya bikin geli orang? geli tanganku!” sambil menarik lengannya dari jangkauanku.”Enggak…tadi kan Mbak bilang udah merhatiin aku sejak dari toko baju? Emangnya kenapa sih Mbak?” tanyaku penasaran.“Hm…kenapa ya?” sambil memainkan ujung rambutnya.“Waktu liat kamu, Mbak seperti ngeliat lagi temen Mbak waktu sma dulu, Mbak kira kamu anaknya?”ujarnya.“Ah..temen apa temen tanda petik?” ledekku memainkan kedua jari tangannku di samping kupingku.
“Ih…ya temen lah!”“Ah masa sih?” ledekku lagi.Mbak Lily tersenyum malu, aih …ayu sekali dia kalo sedang tersenyum begitu.“Iya sih, dulu Mbak naksir berat sama dia, tapi dia malah jadian sama temen Mbak sendiri. Ah, sedih banget kalo diinget lagi” bibirnya merekahkan senyuman, matanya terpejam.Sinar matahari sore semakin membuat bulu bulu halus dibawah pelipisnya terlihat indah merona. Hmm..nikmatnya bila bisa mengecup lembut bibir merekah itu. Lipatan dagu dan beberapa lipatan dilehernya yang basah berkeringat, makin membuatnya memancarkan sex appeal bagiku.
“Maaf pak, pesanannya” pelayan yang datang membawa pesanan menghentikan sementara obrolan kami.”Nah ini dia minuman favoritku, ayo Mbak dicoba” ajakku.Kuhirup hangatnya secangkir irish coffee. Cream susunya meninggalkan bekas di bibir atasku. Mbak Lily pun mencoba seteguk.”Gimana Mbak?suka gak?” tanyaku.”Hm..enak juga ya, rumnya itu lho, kerasa banget!langsung terasa hangat dibadan, boleh juga pilihannya mas” jawabnya sambil menghirup lagi coffee itu.
Sementara aku mulai menikmati cheesee tiramisu. Terasa nikmat dan lembut dimulutku. Seingatku sudah lama juga sejak aku terakhir makan kue ini.Tiba tiba tawa Mbak Lily meledak”Hi hi hi, mas!mulut kamu belepotan tuh! pelan pelan dong makannya” ujarnya.Jari telunjuknya mencoba membersihkan cream tiramisu di bibir atasku. Kupegang telapak tangannya, kutatap wajahnya. Seperti mengerti jalan pikiranku, Mbak Lily mengoleskan jari telunjuknya yg berlumuran cream itu ke bibir bawahku. Aku menyambutnya dengan menjilati telunjuknya.
”Enak Mbak?”bisikku.Mbak Lily tak menjawab, namun ekspresi wajahnya menyiratkan nafsu yang mulai menggelora.”Mas…” desahnya kemudian sambil menjilati bibirnya sendiri.Kuhentikan jilatanku. Kucelupkan telunjukku kedalam lembutnya cream tiramisu. Dengan tanggap Mbak Lily meraih tanganku dan mengoleskan jari telunjukku ke bibirnya. Setelah itu telunjukku dikulumnya dengan penuh nikmat. Gerakan bibirnya seperti sedang mengulum batang kenikmatan. Matanya terpejam, menghayalkan ‘benda lain’ sedang berada dalam kulumannya.
Kugoda Mbak Lily “Hayo..lagi menghayal ngemut apaan?”Jawabannya adalah jilatan lidahnya yang semakin liar dalam mulutnya. Kugerakkan jariku dengan perlahan keluar masuk mulutnya yang terasa hangat.“Suka ya Mbak?hmmm…?” bisikku lagi.Posisi kami yang di sudut cafe yang sepi, memudahkan kami melampiaskan hasrat tanpa takut kepergok atau diintip orang lain. Well.. tengsin juga sih kalau ada yang memergoki, tapi gimana donk, enak sihhh.
Kami saling merapat. Kubiarkan mbak Lily menikmati jariku. Wajahnya semakin menggairahkan.Terus terang, kemaluanku sudah tegang sedari tadi, malah kini semakin menjadi, agak ngilu karena terhimpit dalam celana jeansku. Bahkan rasanya ujung kemaluanku sudah basah deh! Ah dasar kamu Ery! Amatiran banget!
Pusing kepalaku membayangkan jika batang kemaluanku yang berada didalam mulutnya. Duh! gak bakal kuat deh!“Mmm..aku boleh..mmm..boleh itu gak mbak?” gumamku gak karuan saking gugupnya. Sejenak mbak lily melepaskan lumatannya. “ Boleh apa mas? gak jelas sih ngomongnya? Tenang aja, cuma kita berdua kok disini…” bisiknya lembut manja sambil mengedipkan matanya yang indah itu.
Tanpa menjawab, tangan kiriku dengan cepat mendarat di atas dadanya.Lalu mulai mengelus lembut dada kenyalnya. “ Kamu nakal..” desahnya sambil tersenyum genit.“ Ah ..mbak kali yang nakal. hmm..?” tukasku pelan menggodanya.Sejurus kemudian tangannya membimbing jemariku menyusuri lekukan payudaranya. Terasa lembut dan kenyal di beberapa bagian. Ah, sungguh indah!
Melihat aku sudah asyik dengan payudaranya, mbak Lily memasukkan kembali jariku kedalam mulutnya. Kali ini lumatannya terasa semakin binal. Mungkin semakin terangsang oleh “gerakan gerilyaku” di gunung kembarnya. Sesekali ia melenguh saat jemariku menekan dan menjepit bagian ujung putingnya.
Tak lama kemudian dibimbingnya jemariku kebawah perutnya, terus ke arah selangkangannya. Dengan senyum penuh arti diarahkannya jemariku menuju gundukan kenikmatannya.
Tanpa harus diminta, jemariku pun dengan cekatan mulai mencari celah untuk memasuki daerah kewanitaanya.
Kuselipkan jari telunjuk dan tengahku ke bagian bawah celana dalamnya. Sekilas tersibak roknya dan terlihat warna hitam celana dalamnya yang amat kontras dengan kemulusan pahanya yang kuning langsat. Alamak!
Oo! Ternyata kewanitaanya telah basah. Becek! Sedikit lengket kurasakan ketika semakin dalam kubenamkan jemariku, melewati bulu bulu kemaluannya yang telah basah oleh cairan hangat.
“Mmm sayang…terus…” pintanya sembari memejamkan matanya, lalu kembali asyik mengulum jemariku yang lain.Seperti kucing yang tengah menikmati belaian, mbak Lily terlihat nyaman dan menikmati sekali permainan ini.
Jujur saja, sebenarnya aku masih gugup harus melakukan ini di tempat umum, meskipun posisinya tersembunyi di pojokan café. Karena bisa saja setiap saat ada pengunjung yang datang dan memilih tempat duduk di sebelah kami.Kurasakan suhu tubuhku menghangat, sementara kepalaku mulai terasa pening.Bukan! Bukan karena sakit, namun karena menahan hasrat birahiku yang bergejolak melihat seorang wanita ayu yang sedang melampiaskan hasrat sexnya melalui jari jemariku!
Ya ampun! Keningku terasa berdenyut denyut. Jantungku berdetak cepat.Pikiranku terpecah antara rasa nikmat melakukan permainan ini, namun juga terusik oleh rasa was was bila perbuatan kami terlihat oleh orang lain. Belum lagi rasa ngilu di selangkangan ini, karena batang kemaluanku menegang keras terbungkus celanaku yang terasa makin menyempit.Semakin lama bukan hanya mulutnya yang bergerak, namun juga pinggulnya bergerak gerak. Tak lama kemudian tubuhnya bergetar hebat. Bahkan jariku pun digigitnya dgn keras.
”Aww..Mbak! sakit dong” sambil menarik keluar jariku dari mulutnya.Mbak Lily menggenggam erat telapak tanganku, terdengar desahan nikmat ketika ia menggigit bibir bawahnya sendiri.” Ahhhh……” hanya suara itu yang lirih terdengar dari mulutnya, lalu tubuhnya mengejang beberapa saat.
Samar terdengar suara mirip gelembung air yang meletus dari kewanitaanya. “Pop!!”Lalu cairan mendesir keluar dari celah kewanitaannya, menjalar hangat sampai ke telapak tanganku.
Wow! Sebuah pemandangan yang sungguh luar biasa indah!Akhirnya dihempaskannya tubuhnya ke belakang dan duduk terkulai lemas.“Kenapa Mbak?” tanyaku pura pura bloon tanpa melepaskan jemariku dari selangkangannya.
Padahal dalam hati aku berteriak “Yess! Kena lo gue kerjain!”.Mbak Lily menjawab singkat “Nakal!””Mbak ke toilet dulu ya” lalu ia bangkit dari kursinya.Aih mak! Gila!Perasaan lega menyelimutiku dan tanpa sadar tanganku yang masih basah oleh cairan kewanitaannya kusapukan ke keningku.Tak ayal cairan hangat kewanitaannya malah meleleh hangat di pipiku. Kucicipi sedikit sebelum melap tanganku dengan tisu. Hm..rasanya khas, agak lengket dan sedikit asin.
Hehehe…satu kosong.untuk Ery.Ternyata Mbak Lily meninggalkan dompetnya di atas meja. Cepat kubaca KTPnya. lily Listya Ayu Maharani. Umur? Hah? 41 tahun? Jauh lebih tua dari perkiraanku yang 35 tahunan.
Oke Mbakku sayang. Kamu tetap ayu kok dan yang pasti aku ingin sekali menikmati tubuhmu itu Mbakyu!Tak lama kemudian Mbak Lily kembali.“Kenapa Mbak?” godaku lagi sambil tersenyum dan menggenggam tangannya.“Nakal!Nakal!Nakal!” teriaknya pelan.Lalu berbisik ke telingaku “Mbak becek banget tadi”Aku pun balas membisikinya “Tapi enak kann…?”“Ah… kamu godain Mbak terus.”Kami pun beranjak dari café itu.
Kini, tanpa sungkan lagi kupeluk pinggangnya sehingga dengan leluasa dapat kurasakan daging kenyal di pinggangnya. Tubuh mbak lily memang molek dan menggemaskan. Mbak Lily pun tersenyum manja sambil menggelendot manja dilenganku.“Ery sayang…Mbak mau lagi. Tapi jangan cuma jari kamu aja dong tapi…” bisiknya kenes sambil melirik ke arah bawah tubuhku.
“Hmm…Mbak mau?” godaku.“Emang kamu gak mau? Hmm..?” balasnya.“Mau banget..” bisikku sembari meremas pinggangnya.”Ih..nakal!”teriaknya geli.“Kalau begitu, gimana kalau minggu depan kita janjian di café tadi?” usulku.“Boleh, bener ya? Minggu depan di café” jawabnya senang.Ah, sungguh minggu sore yang menyenangkan.

Tidak ada komentar: