Jumat, 02 November 2007

Pagar Maem Tanaman

Peristiwa ini terjadi beberapa tahun yang lalu. Kejadiannya di Bandung, aku yang berumur 14 tahun tinggal bersama kakak perempuanku, menempati salah satu rumah yang dimiliki paman mereka. Kebetulan rumah itu tidak ditempatinya. Saat itu kakakku, Mirna berumur 19 tahun dan telah kuliah tingkat satu di salah satu perguruan tinggi swasta di Bandung. Kedua orang tua kami tinggal di Jawa Tengah, dimana mereka mengelola sebuah toko. Karena dirasa Bandung lebih kondusif sebagai tempat menuntut ilmu, maka mereka mengirim kami ke Bandung untuk bersekolah.
Kakakku Mirna wajahnya cukup cantik mirip dengan bintang film dari Hongkong atau Taiwan. Kulitnya putih mulus, karena memang kami adalah dari keluarga keturunan chinesse. Dengan tinggi di atas 160 cm bobot 50 kg, tubuhnya cukup ideal untuk seorang gadis remaja. Sehingga tidaklah mengherankan kalau teman-teman cowoknya banyak yang mendekatinya. Bahkan yang menyukainya tidak hanya cowok keturunan chinese saja. Banyak pula teman-teman kuliah cowoknya yang pribumi juga terang-terangan mendekatinya. Di kampusnya memang antara pribumi dan non pribumi jumlahnya seimbang. Namun Mirna tidak menanggapinya, karena sebetulnya Mirna telah mempunyai pacar yang pada waktu itu sedang kuliah di Amerika. Selain aku dan Mirna, rumah tersebut juga dihuni oleh seorang pembantu perempuan dan seorang sopir pribadi yang rutin bertugas mengantar kami sekolah dan kuliah. Sopir kami bernama Dolir. Sebelumnya ia bekerja sebagai tukang ojek.
Beberapa saat sebelum terjadi peristiwa tersebut, sebenarnya aku telah mempunyai firasat yang kurang mengenakkan mengenai Dolir. Beberapa kali aku memergoki Dolir sedang menatap dengan tajam bagian tubuh tertentu dari Mirna, jika kebetulan Mirna sedang tidak menyadarinya. Memang kadang-kadang jika berada di rumah dan sedang santai, Mirna sering mengenakan baju rumah yang cukup ketat. Apalagi setelah pembantu perempuan kami pulang ke desanya, karena ada salah satu anggota keluarganya yang sedang sakit keras, kadang-kadang Mirna hanya sendirian dengan Dolir di dalam rumah karena jam sekolahku berbeda. Tetapi untungnya pada malam hari Dolir tidak menginap di rumah kami.
Suatu malam saat aku dan Mirna sedang santai menonton TV di ruang tamu, tiba-tiba Dolir muncul bersama dua orang temannya tukang ojek yang biasa beroperasi di sekitar daerah itu. Dolir rupanya telah lama berniat akan merampok rumah majikannya tersebut, karena hanya Ray dan Mirna saja yang tinggal di rumah itu. Untuk melancarkan rencana tersebut, Dolir telah mengontak 2 orang temannya yang bekas sesama tukang ojek, untuk membantunya melaksanakan maksud tersebut. Pada hari dan waktu yang telah ditentukan mereka melaksanakan rencana tersebut, karena itulah mengapa tiba-tiba mereka muncul malam itu di rumah kami. Sambil mengancam dengan pisau, mereka memaksa kami untuk menunjukan barang-barang berharga dan uang yang disimpan dalam lemari. Dengan ketakutan Mirna menyerahkan barang-barang berharga milik kami seperti uang, arloji, handphone, dll. Mereka kemudian masuk ke kamar MIrna untuk mengambil perhiasan dan barang-barang berharga lainnya.
Melihat kegarangan mereka hati kami menjadi ciut. Kami berdoa dalam hati biarlah barang-barang tersebut diambil asalkan kami tetap selamat. Setelah selesai mengambil semuanya, tiba-tiba salah seorang teman Dolir berkata: "Eh, ngomong-ngomong cewek ini boleh juga ya. Mending kita sikat saja sekalian.", "Iya nih. Wajahnya cakep dan kulit mukanya putih, nggak tahu kalau bagian tubuh yang lainnya", kata yang lain sambil memandang kakakku dengan tersenyum-senyum. "Wah, bener juga kata lu. Susunya montok tuh, ngelihatnya saja sudah bikin orang ngaceng…, kita bisa pesta nih. Mimpi apa kita semalam. Apalagi kita belum pernah ngerasain amoy. Yuk dah, kita garap rame-rame", timpalnya lagi.
Saat itu kakakku baru pulang setelah pergi bersama temannya dan mengenakan kaos berwarna merah yang cukup ketat. Dolir segera mendekati Mirna yang berdiri ketakutan di pinggir tembok. Tangannya dengan cepat meraba-raba pipi Mirna yang putih mulus, sambil ia berkata pada teman-temannya, "Cewek manis ini, namanya Mirna. Aku sendiri sebenarnya sudah lama pengen ngerasain dia. Apalagi dia suka banget pake pakaian yang bikin orang terangsang. Hari ini kita bakalan puas deh". Dengan segera Mirna menampik tangan Dolir dan sambil menatap wajahnya dengan menguatkan hatinya, Mirna mencoba menggertak Dolir, "Kurang ajar kamu yah. Aku ini kan majikanmu, tega benar kamu hendak berbuat kurang ajar padaku!" Bukannya takut Dolir malah makin berani, sahutnya, "Aku memang kacungmu yang biasa diperintah-perintah, tapi kali ini kamulah yang akan menuruti kemauan kami", kata Dolir. Tiba-tiba kedua tangannya dengan cepat meraih payudara Mirna dan segera meremas-remasnya dengan ganas. Mirna yang telah tersandar pada tembok, tidak dapat mengelaknya, "Adduhhhh…, jangaaann…!", jeritnya kaget mendapat perlakuan kasar dari Dolir tersebut. Melihat itu akupun menjadi emosi, seketika kuterjang Dolir dan memukulinya. Tapi mereka kemudian mengeroyokku dan memukuliku sampai babak belur. Sementara Mirna menjerit-jerit menyaksikan aku dipukuli oleh bajingan-bajingan itu. "Kamu jangan macam-macam kalau tidak ingin kami bunuh!" hardik Dolir sambil menampar mukaku. "Blak, ikat dia. Biar dia ngeliat kita ngerjain kakaknya", kata Dolir memerintah temannya.
Kemudian mereka menyeretku ke kamar Mirna dan mengikatku di kursi dekat ranjangnya. Setelah itu mereka menggotong Mirna yang terus memberontak, kedalam kamarnya dan melemparnya ke atas tempat tidurnya. "Mirna, dengar baik-baik, kalian akan kuampuni kalau kamu mau menuruti kemauan kami. Kalau kamu melawan, adikmu akan kubunuh dan kau pun akan kubunuh setelah kami puas menikmatimu. Saat ini tidak ada yang dapat menolong kalian", kata Dolir.
Sementara karena ketakutan diancam hendak dibunuh, akhirnya Mirna tidak berani berteriak keras-keras dan pasrah dengan nasibnya. Segera dengan tidak membuang-buang waktu mereka langsung mendekati Mirna yang masih terkapar di atas tempat tidur dan mulai mengerubutinya. Dolir langsung mencium muka Mirna, mula-mula hidung dan pipinya dijilat-jilatnya, seakan-akan sedang menikmati betapa licin dan mulusnya pipi Mirna tersebut, akhirnya bibir Mirna dilumatnya dengan ganas. Sementara kedua tangannya tidak tinggal diam, dengan nafsu meraba-raba buah dada yang mulus padat itu, kemudian meremas-remasnya dengan sangat bernafsu. Dari mulut Mirna hanya terdengar jeritan lirih, "Aaagghhh…., aaggghhh…, jaangaannn…, jannngaannn…, aaammmpunnnnn…, aammmppunnnnnn…!", "…Jaaanngaaannn…, peerrkoossssaaaa…, saaayyaaaaa…!", akan tetapi sambil tertawa-tawa Dolir berkata, "Tenang saja, nanti juga lo akan merasa keenakan, niiihhhh…, gimana rasanya, enak khan pijitanku. Susumu benar-benar nikmat", katanya sementara aktifitas kedua tangannya tetap masih meremas-remas payudara Mirna.
Badan Mirna menggeliat-geliat, tapi dia tidak dapat menghindar karena kedua teman Dolir masing-masing memegang kaki dan tangannya erat-erat sambil tertawa-tawa. Lalu mereka tidak mau kalah dengan Dolir, salah seorang di antaranya yang memegang kedua kaki Mirna, langsung menyingkap dan menarik lepas rok Mirna, sehingga terlihat celana dalam merah muda dan kedua belah paha Mirna yang putih mulus. Kemudian sambil menduduki kedua kaki Mirna, kedua tangan orang tersebut segera mengelus-elus kedua paha Mirna yang sudah setengah terpentang itu dengan bebas. Tangannya mula-mula hanya bermain-main di kedua paha, naik turun, tapi akhirnya secara perlahan-lahan mulai mengelus-elus belahan di antara kedua pangkal paha Mirna yang masih ditutupi CD itu. Tidak cukup sampai di situ, bahkan salah satu jari tengahnya dimasukan ke celana dalam Mirna dan dipaksakan masuk kedalam kemaluan Mirna yang masih sangat rapat itu. Badan Mirna hanya bisa menggeliat-geliat saja dan pantatnya bergerak menggeser ke kiri ke kanan mencoba menghindari tangan-tangan yang menggerayangi paha dan kemaluannya itu. Dari mulutnya tetap terdengar jeritan",Jaaangannnn…, jjannngann…, aadduuhhh…, aaddduhhhhh….!" dan dari kedua matanya mengalir air mata putus asa, kepalanya digeleng-gelengkan ke kiri ke kanan, menahan rasa geli yang mulai merambat ke seluruh tubuhnya. Secara perlahan-lahan pada bagian CD-nya yang menutupi belahan liang kewanitaannya mulai terlihat membasah.
Rupanya tubuh Mirna tidak dapat menyembunyikan reaksinya atas perasaan terangsangnya menerima perlakuan tersebut. Dengan kedua tangan yang dipegang di atas kepalanya dan kedua kaki diduduki dan di saat bersamaan mulutnya dilumat-lumat dengan ganas dan buah dadanya diremas-remas, serta elusan-elusan disertai sentuhan-sentuhan jari pada klitorisnya, membuat suatu sensasi yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata, tiba-tiba melanda perasaan Mirna, perasaan putus asa, perasaan terhina dan ketidakberdayaan secara bersamaan menimbulkan suatu penyerahan dan kepasrahan total yang mengakibatkan suatu kenikmatan yang maha dahsyat melanda perasaan dan tubuh Mirna. Sungguh menyakitkan memang menyaksikan peristiwa itu. Dimana sebuah tubuh putih mulus dan cantik, sedang telentang lemas tanpa daya dikerubuti oleh tiga lelaki kasar sopir dan tukang ojek yang bertubuh hitam tidak terawat dengan tangan-tangan yang berkeliaran kemana-mana, benar-benar terlihat sangat kontras.
Akhirnya Dolir menyobek lepas kaos yang dikenakan Mirna, sehingga sekarang Mirna hanya mengenakan BH dan celana dalam saja. Dolir meraba-raba dan mengelus-elus buah dada Mirna yang masih tertutup BH-nya sambil berkata, "Wah penasaran nih pingin lihat susunya amoy". katanya sambil tersenyum-senyum. Kemudian dengan perlahan-lahan Dolir membuka BH Mirna. Dan dengan terpesona mereka menatap payudara Mirna yang sangat indah itu. Buah dada Mirna putih mulus, tidak terlalu besar, masih sangat kencang berdiri tegak dengan ujung putingnya yang coklat muda kecil, tapi terlihat sudah mengeras karena dielus-elus dari tadi. "Wah susu Mirna sangat bagus ya!" kata salah seorang dari mereka sementara kedua tangannya mengusap-usap payudara Mirna dengan perlahan-lahan seakan-akan terpesona, karena baru sekarang dia pernah melihat buah dada indah, yang sedemikian putih dan halus itu. "Wah putingnya coklat muda. Bikin tambah nafsu saja", kata yang lain. "Coba lihat ukuran BH-nya, eh BH-nya Triumph ukurannya 34 C", kata salah seorang dari mereka. Kemudian ganti Dolir yang meraba-raba dan meremas-remas perlahan buah dada Mirna. Yang seorang lagi yang dari tadi duduk pada kedua kaki Mirna, tidak mau kalah juga, segera saja CD merah muda Mirna ditarik dengan kasar sehingga sobek dan segera dicampakkannya ke pinggir, sehingga sekarang Mirna benar-benar telah berada dalam keadaan polos, telanjang bulat tanpa seutas benang pun yang melekat di tubuhnya, terkapar tak berdaya dengan tangan-tangan hitam kasar mirip tangan-tangan gurita yang sedang menggerayangi lekuk-lekuk tubuh yang molek itu.
Pada bagian bawah tubuh Mirna yang membukit kecil di antara kedua pahanya yang putih mulus itu, kemaluannya yang kecil berbentuk garis memanjang yang menggelembung pada kedua pinggirnya, tampak ditutupi oleh bulu kemaluannya yang lebat yang berwarna coklat muda. "Hehehe, lihat tuh jembutnya lebat sekali. Aku suka sama cewek yang satu ini". Kemudian teman Dolir langsung meraba-raba dan mengelus-elus bulu kemaluannya sambil membuka kedua paha Mirna makin melebar. Terlihatlah liang vaginanya yang masih rapat. Tangan hitam dan kasar itu segera menjamah liang yang sempit itu sambil menggesek-gesekan jempolnya pada tonjolan daging kecil yang terletak di bagian atasnya. Sementara puting susu Mirna sedang diisap-isap oleh Dolir dengan lahapnya sambil sesekali mempermainkan putingnya dengan ujung lidahnya. Sedangkan temannya yang satu lagi, yang dari tadi memegangi kedua tangan Mirna, sekarang sedang melumat mulut dan kedua bibir Mirna dengan rakus dan lidahnya dengan paksa dimasukkan ke dalam mulut Mirna dan mempermainkan lidah Mirna. Mendapat perlakuan seperti itu, Mirna yang benar-benar telah tak berdaya, hanya bisa menggeliat-geliat dan mendesis lirih, "Aaaghhh…, sshhhhh…, sshhhhh…, mmhhhh….!".
Kemudian salah seorang dari mereka berkata kepada Dolir, "Lir, kamu mulai duluan aja yah…!", "OK…" kata Dolir dengan cepat dan segera menghentikan kegiatannya untuk membuka baju sampai celana dalamnya. Tampaklah batang kemaluannya yang telah tegang, berwarna hitam pekat, besar dengan bagian kepalanya yang bulat mengkilat dan bagian batangnya yang dikelilingi oleh urat-urat menonjol, terlihat sangat mengerikan. Setelah selesai melepaskan seluruh bajunya, dengan cepat Dolir kembali naik ke tempat tidur dan merangkak di atas badan Mirna. Dolir berjongkok di antara kedua paha Mirna, yang dengan paksa dibuka melebar oleh teman Dolir yang memegang kedua kaki Mirna. Mata Mirna terlihat terbelalak melihat benda hitam besar di antara kedua paha Dolir itu. Badan Mirna terlihat bergetar halus, rupanya belum-belum Mirna telah merasa ngilu pada kemaluannya membayangkan benda hitam besar itu nantinya akan mengaduk-aduk kemaluannya dengan ganas.
Dengan sebelah tangan bertumpu pada ranjang di samping badan Mirna, tangan Dolir yang satunya memegang batang penisnya dan dengan perlahan-lahan digosok-gosokkannya pada bibir kemaluan Mirna. Begitu kepala penis Dolir menyentuh klitoris Mirna, terlihat badan Mirna menjadi kejang dan agak berkelejotan serta dari mulutnya yang sedang dilumat oleh teman Dolir terdengar suara, "Eeehhmm…", Dolir terus melakukan kegiatannya menggesek-gesek kepala penis pada bibir kemaluan Mirna, yang akhirnya menjadi licin dan basah oleh cairan yang keluar dari penis Dolir dan juga dari dalam kemaluan Mirna sendiri. Merasakan bibir kemaluan Mirna yang telah basah itu, Dolir berkata, "Oohhhh rupanya lo udah terangsang juga yaaa..!" Kemudian dengan perlahan-lahan Dolir mulai menekan kepala penisnya membelah bibir kemaluan Mirna. Mendapat tekanan dari kepala penis Dolir, bibir kemaluan Mirna tertekan ke bawah dan mulai terbuka dan karena kemaluan Mirna telah basah, akhirnya kepala penis Dolir mulai terbenam ke dalam lubang kewanitaan Mirna dengan mudahnya.
Disebabkan penis Dolir yang sangat besar, maka klitoris Mirna ikut tertarik masuk kedalam lubang kemaluannya dan terjepit oleh batang penis Dolir yang berurat menonjol itu. Hal ini menimbulkan perasaan geli dan sekaligus nikmat yang amat sangat pada diri Mirna, sehingga disertai badannya yang menggeliat-geliat, dengan tanpa sadar dari mulutnya terdengar suara, "Ooohhhhhh…", yang panjang, mengikuti tekanan penis Dolir pada kemaluannya. Kedua pahanya terlihat mengejang dengan kuat. Merasakan hal ini, tanpa menyia-nyiakan waktu Dolir langsung menekan habis rudalnya ke dalam vagina Mirna dengan ganas. "Aadduuuhh…, sakiittt…!", terdengar Mirna menjerit saat rudal Dolir itu menerobos masuk ke dalam liang vagina Mirna. Kemudian Dolir segera mendorong dengan sekuat tenaga sehingga seluruh barang miliknya amblas seluruhnya, sampai kedua pahanya yang hitam itu menekan dengan ketat paha putih mulus Mirna yang terkangkang itu.
Memang ini bukan pertama kalinya Mirna disetubuhi orang, karena sebelum pacarnya keluar negeri, mereka sudap pernah melakukannya sekali, akan tetapi penis Dolir ini jauh lebih besar dan panjang daripada penis pacarnya, sehingga ketika penis Dolir menerobos masuk, meski kemaluan Mirna telah sangat basah, akan tetapi tetap saja Mirna merasa pedih. Tanpa mengenal belas kasihan, Dolir mulai memaju-mundurkan pantatnya, sehingga penisnya yang besar itu, keluar masuk berulang-ulang kedalam kemaluan Mirna. Sambil melakukan itu ia berkata, "Waahh, eenaak niih masih seret…!" Sementara kedua temannya tetap sibuk mengelus-elus dan meremas-remas payudara serta membelai-belai seluruh badan Mirna, sambil tertawa-tawa mendengar perkataan Dolir.
Sementara itu terlihat vagina Mirna memerah menerima tekanan dan gesekan-gesekan dari penis Dolir yang besar itu. "Waaah…, gila sempit benar niihhh, mimpi apa aku semalam", kata Dolir. Sambil terus menyetubuhi Mirna dengan ganas, Dolir berkata lagi, "Hey non.., enak sekali lhhhoo, benar-benar puas aku atas servismu ini.., ha.., ha.., ha..!" Sambil tertawa-tawa dia mengocok tubuh Mirna habis-habisan. Sementara Mirna hanya bisa merintih-rintih dan menjerit-jerit. Suara jeritannya makin lama makin lemah, diganti oleh suara mendengus-dengus, "Oohh…, oohhh…, aadduhh…, aadduuhh…!", dan badan Mirna tiba-tiba mengejang dengan hebat sehingga bagian pinggangnya tertekuk ke atas, rupanya tanpa dapat dicegahnya, Mirna mengalami orgasme dengan hebat, ada beberapa detik lamanya badannya tersentak-sentak dan akhirnya Mirna terkulai dengan lemas dengan kedua kakinya terkangkang lebar. Benar-benar Mirna mengalami kenikmatan yang hebat yang tidak terelakkan walaupun sebenarnya itu bertentangan dengan kemauannya, membuat pikirannya serasa melayang-layang.
Sekarang Dolir memegang kedua pinggul Mirna dan menariknya keatas, sehingga pantat Mirna tidak terletak pada kasur lagi. Dengan posisi ini Dolir dengan leluasa menancapkan penisnya dalam-dalam ke lubang kemaluan Mirna dengan tanpa halangan. Sambil pantatnya dimajumundurkan, sekali-sekali Sudin menekan pantat Ai Ling rapat-rapat ke tubuhnya dan memutar-mutar pinggul Ai Ling, sehingga kemaluan Ai Ling mengocok-ngocok penis Sudin yang terbenam habis di dalamnya. Terlihat bahwa tubuh Mirna menggeliat-geliat dan bergerak-gerak mengikuti gerakan Dolir. Dan saking kerasnya dorongan pantat Dolir menekan pinggul Mirna, kedua payudara Mirna mengikuti goyangan tersebut dengan bergerak-gerak berputar-putar. Sementara mulut Mirna mendesah setiap kali Dolir menekan penisnya dalam-dalam ke lubang kemaluannya. "He.., he.., he.., akhirnya lo takluk juga yaa? Kalau nggak gini kan kamu nggak tahu enaknya yang sebenarnya!" kata Dolir tanpa berusaha menghentikan aktifitasnya. Kedua teman Dolir menyaksikan hal tersebut sambil tertawa-tawa. "Lihat susunya berputar-putar", katanya. Kemudian akhirnya mereka semua menanggalkan pakaiannya masing-masing sehingga akhirnya keempat orang di ranjang tersebut semuanya telanjang bulat. Tubuh Mirna yang putih mulus tersebut tampak kontras dengan tubuh hitam ketiga lelaki yang sedang menggumulinya.
Sementara Dolir menikmati kemaluan Mirna sambil meremas-remas kedua payudaranya, yang lainnya juga ikut menggesek-gesekkan penisnya pada tubuh Mirna. Bahkan salah seorang di antaranya memasukkan penisnya ke mulut Mirna, memaksa Mirna untuk melakukan oral sex. Pada saat yang bersamaan, Dolir memerintahkan Mirna untuk melakukan pijit ala Thai yaitu memijat dengan kedua payudaranya. Mirna yang telah takluk dan pasrah itu, hanya bisa menuruti kemauannya dengan menekan dan menggesek-gesek susunya ke seluruh tubuh Dolir. Sambil tertawa puas dolir berkata, "Wah, baru kali ini aku ngerasain dipijat sama susu amoy. Rasanya lebih enak daripada di Kramat Tunggak". Tak lama kemudian Dolir mengalami ejakulasi dan menumpahkan seluruh spermanya ke dalam vagina Mirna. Tampak ia terengah-engah. Setelah itu giliran rekan Dolir satunya, Blak yang merasakan vagina Mirna. Mula-mula ia melakukannya dalam posisi Mirna terduduk lalu dalam posisi doggy style. Sambil melakukannya ia menepuk-nepuk payudara Mirna yang bergerak-gerak. Sementara ia melakukan itu, teman satunya yang berambut Gondrong berada di depan Mirna, memaksanya untuk memasukkan penisnya ke dalam mulut Mirna, sehingga akhirnya Mirna terpaksa mengulum penisnya. Goyangan orang yang di belakang menggerakkan seluruh tubuh Mirna sehingga si Gondrong di depan jadi merem melek nikmat karena penisnya dikocok oleh mulut Mirna. Selang sesaat mereka berganti posisi, si Gondrong yang mulanya dikulum sekarang berganti menikmati vagina Mirna sementara Blak dikulum penisnya. Setelah itu ia berdiri dan menyuruh Mirna untuk berlutut di depannya dan memasukkan penisnya ke dalam mulut Mirna, Mirna diperintahkan mengulum dan menjilati penisnya seolah-olah seperti permen lolipop. Ketika Mirna melakukannya, ia berkacak pinggang dan tertawa-tawa. Sementara itu si Gondrong asyik meraba-raba dan menggesek-gesek klitoris dan bibir vagina Mirna, sehingga hal ini membuat badan Mirna menggelinjang-gelinjang dan dari mulutnya yang tersumbat penis Blak terdengar erangan tertahan, "Eehhmm…, eehhhmmm..", setelah itu kedua tangan Blak yang semula berkacak pinggang, mulai meremas-remas buah dada Mirna yang tergantung bebas itu. Setelah puas dengan permainan itu, kemudian mereka menelentangkan Mirna di atas ranjang dan lelaki yang Gondrong menggesek-gesekkan penisnya ke buah dada Mirna dan kemudian dia menduduki dada Mirna dan menjepitkan penisnya diantara kedua gundukan daging kenyal tersebut, sambil mendorong pantatnya maju mundur, sehingga penisnya menggesek-gesek di antara kedua gundukan buah dada Mirna tersebut.
Kemudian mereka berganti posisi lagi. Kali ini giliran si Gondrong yang memasukkan penisnya ke dalam vagina Mirna. Ia melakukannya pada Mirna yang dalam posisi tidur miring. Sementara itu Blak bersimpuh di depan wajah Mirna dan lagi-lagi memasukkan penisnya ke dalam mulut Mirna. Kemudian ganti Blak yang memasukkan barangnya ke dalam kemaluan Mirna. Pada saat akan ejakulasi, ia mengeluarkan penisnya dan memuncratkan air maninya di payudara Mirna. Si Gondrong berkata, "Eh, sialan lu padahal gua mau ngemut susunya. Eh lu semprot dengan peju lu". Mendengar itu, mereka semua pada tertawa. Setelah itu Blak 'meratakan' spermanya ke seluruh bagian dada Mirna, sehingga tubuh Mirna menjadi basah mengkilap oleh spemanya. Akhirnya kembali si Gondrong yang menikmati Mirna. Ia melakukannya dalam posisi duduk sementara Mirna telentang di depannya. Ia merentangkan kedua paha Mirna lebar-lebar dan memegangi pinggulnya sementara ia memasukkan penisnya ke dalam kemaluan Mirna. Setelah itu ia memasukkan penisnya ke mulut Mirna yang duduk di depannya. Pada saat akan ejakulasi, ia menyemprotkan air maninya ke muka dan rambut Mirna dan melapnya ke seluruh bagian muka Mirna. Kemudian ia menyuruh Mirna untuk menjilati sisa sperma di batang penisnya sampai bersih.
Setelah itu kembali Dolir meminta Mirna mengulum penisnya sampai ia mengalami ejakulasi kedua. Pada saat ejakulasi, ia menumpahkan seluruh spermanya di dalam mulut Mirna, sehingga Ai Ling terpaksa menelan seluruh sperma yang dikeluarkannya. Setelah itu Dolir memerintahkan Mirna menjilati sisa sperma di penisnya sampai licin mengkilat. Dengan demikian maka akhirnya puaslah sudah ketiga laki-laki bejat tersebut menikmati tubuh mulus Mirna. Sambil tertawa-tawa si Gondrong berkata, "Kita puas deh hari ini. Kamu memang dapat memuaskan laki-laki. Kami semua senang bisa menikmati kamu", "Kamu tentunya puas juga khan merasakan nikmatnya kontol-kontol kami. Gimana rasanya, enak khan dinikmati oleh supir dan tukang ojek..!", kata Dolir. "Gila nih cewek. Cakep-cakep gini ternyata suka nenggak peju", timpal Blak. Mereka semua tertawa mendengar perkataan Blak. "Ayo ah kita cabut. Kita udah puas nih. Terima kasih ya atas barang-barangnya serta 'bonus istimewanya'", kata Dolir. Setelah puas akhirnya mereka membawa barang-barang jarahannya dan meninggalkan Mirna dalam keadaan lemas dan telanjang bulat serta menangis terisak-isak.
Masih terlihat bekas cairan air mani belepotan di seprei. Sejak saat itu Dolir dan kawan-kawannya menghilang dari daerah itu. Untunglah Mirna orangnya cukup tegar. Setelah menjalani terapi dengan dokter ahli, Mirna akhirnya secara perlahan-lahan dapat sembuh dan dapat melupakan peristiwa tragis itu. Setelah cuti satu tahun Mirna melanjutkan kuliahnya lagi. Ia juga dapat bergaul dengan teman-temannya seperti sebelumnya. Hal yang paling menguntungkan adalah Mirna tidak hamil oleh peristiwa itu. Walaupun satu hal yang tidak dapat disangkal lagi adalah bahwa Mirna pernah diperkosa, hal ini kami rahasiakan, hanya keluarga terdekat kami saja yang mengetahuinya.

Tidak ada komentar: